Menyerah yg satu ini sebenarnya lebih dikarenakan tak ada pilihan lain,
bukan karena gak sanggup untuk mendapatkannya, bukan pula karena lebih
menghemat waktu dalam mendapatkannya walau harus membayar lebih mahal.
Bukan mengenai apa2 sobat, ini mengenai mengisi bensin, nasib punya
motor dg cc yg agak besar (hanya 135 sih :p) namun memiliki tangki yg
bahkan lebih kecil dari tangki sepeda motor dg cc yg lebih kecil dari
itu (dan bahkan lebih hemat pula), begitulah yg harus kuhadapi setiap
harinya, melewati 5,5 KM setiap kali perjalanan menuju kantor ataupun
sebaliknya sebanyak 2x dari masing2 perjalanan itu. Kalikan aja ya
berapa kilo yang harus ditempuh..
Trus, apa tak ada yg jual bensin di kota kecil itu? Hemm, mungkin harus
kutanya balik dulu, jual resmi atau gak? Alias SPBU atau bukan? Jawabnya
ya tentu saja ada, daerah dengan pengembangan explorasi minyak bumi,
gas serta batu bara ini tentu saja memilikinya, bahkan 2 walau yg satu
bukan disupply dari perusahaan pengolah minyak dalam negeri (dan lebih
sering tutup daripada buka).
Kalo sudah memiliki SPBU, apa bensin bisa lebih mudah didapatkan? Kalo
pertanyaan ini sih jelas jawabnya اِ Ù†ْ Ø´َØ¢ Ø¡َ اللّÙ‡ُ ya, tak begitu
susah mendapatkannya, masalahnya didapatkannya dari SPBU atau pengecer
(yang makin menjamur). Bahkan dari kantor menuju rumah, ada lebih dari 20 kios pengecer looh...
SPBU di kota ini (terutama bensin) rata2 hanya berusia 1-2 hari aja
sebelum pasokan dari Bpp kembali datang, dengan antrian yang hampir
setiap beroperasi selalu panjang. Jika ingin bensin dg harga standar,
maka kita harus rela mengantri bareng sepeda motor dg tangki besar
mereka, mobil2 baik mobil perusahaan atau mobil usaha lainnya. Bahkan
ada yg sampai2 rela antri beberapa kali demi memenuhi tangki sepeda
motor mereka (hasil dengar yg tak disengaja dari para pengantri
lainnya). Hal ini diperburuk dengan kondisi pelayanan air dari instalasi pemerintah yg sering ngadat untuk daerah tertentu yang menghidupkan usaha pengiriman air tandon yang menggunakan sebuat mobil jenis pick up, semakin memperparah antrian di sana. Memang sih, rata2 gak akan lebih dari setengah jam, namun jika
setengah jam itu kita pake untuk keperluan lain, misalkan hafalan, atau
maintenance laptop, mungkin akan lebih bermanfaat.
Gak perlu ditanya lagi kenapa mereka yg rela harus mengantri panjang dan
lama beberapa kali di SPBU. Buat perjalanan jauh? Ah, kurasa tidak,
kemungkinan terbesarnya adalah buat dijual lagi, ada yg gak setuju?
Hehe.. Ditempatkan pada botol2 berukuran (katakanlah) 1 liter atau
jerigen yg katanya isi 2 liter, disusun rapi di pinggir jalan dalam
suatu rak dengan pelindung secukupnya, dijajakan 6000 rupiah setiap
botolnya. Oke, katakan lah dalam sebotol itu isinya beneran 1 liter,
harga seliter di SPBU adalah 4500, maka keuntungan menjual eceran ini
adalah 1500 rupiah, dengan kata lain, keuntungannya adalah lebih dari
30% dari setiap liter yg dijualnya.
Lantas apa ada masalah jika memberikan uang 1500 pada tiap liternya
kepada penjual bensin eceran itu? Terus terang bukan itu alasanku
menghindari membeli bensin eceran, namun lebih ke tidak mendukung
aktivitas ini terus berkembang. Karena jika kita membeli, berarti kita
udah mendukung mereka bukan? Tidak akan kulakukan selama masih bisa
kuhindari. Terus, sekarang menyerahkah aku? Hemm, kayaknya untuk kali
ini aja, atau di saat yg mungkin tak jauh berbeda dengan keadaan seperti
ini. Di saat SPBU udah tak mendapatkan pasokan, dan seiring dengan itu,
sepeda motor yg nyaris tiap hari kupakai itu memerlukan 'minuman'
penggeraknya. Mau tak mau harus beli di eceran, seraya berharap gak akan
melakukannya lagi terutama dalam waktu dekat dan melakukan pengiritan
dan berusaha mengurangi penggunaan sepeda motor ini.
Mungkin ada baiknya memikirkan sebuah opsi untuk mengganti sepeda motor yg lebih irit dengan tangki yang besar...
22.11.12